ALT_IMG

Sungai Rokan

Sungai Rokan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar pada keadaan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di kecamatan tanah putih, juga masyarakat di daerah rokan.

Alt img

Masjid Omeh

Masjid yang berdiri pada tahun 1920-an ini sebenarnya bernama Masjid Al-Mukhlisin, namun pada peristiwa perluasan Masjid yang terletak di Jalan Mansoerdin, RT 01 RW 04 pada tahun 1980an, ditemukan omeh (emas) dalam tempayan hingga akhirnya Masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Omeh.

Alt img

Rumah Masyarakat Melayu Tanah Putih

Salahsatu sudut perkampungan dengan barisan rumah-rumah panggung khas yang banyak terdapat dikecamatan Tanah Putih.

ALT_IMG

Pasar Sedinginan

Pasar merupakan tempat kegiatan jual-beli berlangsung yang hanya buka pada hari senin, (Hari lainya hanya pagi saja) terletak dipinggir sungai rokan.

ALT_IMG

Madrasah Suluk Thariqat Naqsabandiyah

Salah satu surau suluk yang terletak diseberang Masjid Omeh, disekitar surau suluk ini terdapat beberapa makam pemuka dan penyebar agama Islam, salah satunya makam orang aceh.

Minggu, 29 Agustus 2021

Sejarah Nama Rantau Binuang Menjadi Rantau Binuang Sakti

0 komentar
Sultan Mohammad Dzainal Abidin, Raja XIV Tambusai yang berkedudukan di Rantau Benuang


Rantau Binuang Sakti adalah sebuah kampung di pinggir sungai Rokan. Kampung ini terletak di Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Menurut cerita orang tua-tua, kata Benuang/Binuang berasal dari nama sebuah pohon yang sabgat besar dan sangat nyaman dijadikan tempat berteduh, selain adanya pohon besar tersebut juga terdapat pemandangan alam yang indah, daerah yang merupakan jalan lintas sungai Rokan pada zaman dahulu menjadi daerah persinggahan karena tempat tersebut terasa aman dan nyaman sehingga banyak orang-orang yang lewat dengan berbagai keperluan singgah dan beristirahat sambil menikmati keindahan alam di bawah pohon yang besar tersebut.


 

Rantau Binuang juga merupakan tempat kelahiran Tuan Syeikh Abdul Wahab Rokan Al-Kholidi An-Naqsabandiah , Ulama dan Tuan Guru Naqsabandiah yang terkemuka di Asia Tenggara, Tepatnya di Danau Runda. Sampai saat ini banyak makam-makam Raja dan Tokoh yang terdapat Di Rantau Binuang. Dahulu Rantau Binuang belum dikenal sebagai Rantau Binuang Sakti, ada 2 (Dua) versi cerita yang pernah saya baca mengenai penambahan kata Sakti, salah satunya dari catatan seorang penjelajah asal belanda bernama J.A. van Rijn van Alkemade.


Sejarah Nama Rantau Benuang Sakti Menurut Catatan J.A. van Rijn van Alkemade.

Dalam catatan ekspedisi tahun 1884, seorang penulis Belanda bernama  J.A. van Rijn van Alkemade menuliskan:


 "Sultan Mohammad Dzen, detoegevoegd tegenwoordige moe lang dipertoewan besar in Rantau Binoewang, is de zoon van den hierboven genoemden Sultan Abdoel Wahid en heeft het woord SAKTI aan den naam Van zijn rijk, dat alzoo Rantau Binoewang Sakti heet, toegevoegd" ("Sultan Mohammad Dzen (Sultan Mohammad Dzainal Abidin), sekarang yang dipertoewan besar di Rantau Binoewang, adalah putra dari Sultan Abdul Wahid yg disebutkan di atas, dan telah menambahkan kata Sakti ke nama kerajaannya, yg kemudian disebut Rantau Binoewang Sakti")


Alkemade juga menuliskan:

"Rantau Binoewang is dus te beschouwen als te zijn voortgesproten uit het rijk van Temboesei en het verwondert ons niet dat de instellingen, die te Temboesei adat waren, ook hier worden aangetroffen; de landsinstellingen in Rantau Binoewang zijn derhalve een weerspiegeling van die van Temboesei en worden nog steeds gehandhaafd: Rantau Biuoewaug is een nieuw Temboesei a Tinstar van laatstgenoemd rijk ingericht." ("Rantau Binoewang muncul dari ranah Temboesei (Tambusai), dan kami tidak heran bila lembaga-lembaga yang berada di adat Temboesei juga ditemukan di sini; Oleh karena itu, lembaga-lembaga regional di Rantau Binoewang merupakan cerminan dari Temboesei dan masih dipertahankan: Rantau Binoewang adalah Tenboesei yg baru dari kerajaan selanjutnya")


Sejarah Nama Rantau Benuang Sakti Menurut Cerita Dari Literasi Lokal

Dalam sebuah tulisan blog lentera guru dituliskan:

"Pada masa itu daerah maju, atas prakarsa Syeikh daerah ini mendapatkan bantuan dari luar negeri. Namun kejayaan ini tercium oleh Belanda. Sampai akhirnya Sultan Zainal Abidin ditangkap dipenjara di Madiun. Dan pada tahun 1984 Syeikh Tajudin keturunan Syeikh Abdul Wahab Rokan mendirikan  sebuah rumh persulukan, masing-masing Syeikh dan Kholifah mendapat petunjuk, setiapkholifah merasakan tempat ini memiliki keramat dan kesaktian, sehingga diberi nama “Rantau Binuang Sakti” "


Sumber:

  1. Beschrijving eener reis van Bengkalis langs de Rokan-rivier naar Rantau Binoewang. by RIJN VAN ALKEMADE, J.A. van
  2. Lentera Guru, Rantau Binuang Sakti. By Siregar, Armin.

 

Continue reading →
Rabu, 30 Juni 2021

KISAH BUJANG KELANA

2 komentar
(Catatan Berdasarkan Versi Kampung Balun & Kampung Bantang, Perak, Malaysia) 

 Disalin, Alih Bahasa dan di edit oleh:
M. Rasuma Febri, S.Kom
Bin H.M. Zen Dagagng Bin KH. Arsyad Bin KH Syufi Telukbakung
Suku Mentaolelo dai Uwak Kadih Hitam

   

       Bujang Kelana, adalah anak bungsu dari Raja Tembusai yang bernama Sutan Malim Maharaja Lela (Sampai postingan ini dimuat, Belum ada tulisan yang memuat tentang Sutan Malim Maharaja Lela), yang memerintah tiga buah daerah yaitu:
•Tambusai
•Dalu-dalu
•Sedinginan

 Kisah Asal-usul Bujang Kelana

    Raja Negeri Tembusai yang bernama Sutan Malim Maharaja Lela mempunyai 3 (tiga) orang anak. Anak sulung laki-laki, anak kedua perempuan dan Anak ketiga, anak bungsunya di kenal dengan nama Bujang Kelana. 

    Saat Raja Negeri Tembusai mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan antara anak sulung dengan dengan anak Bungsu  (Bujang Kelana) Raja Malim Maharaja Lela, masing-masing tidak ada yg mau mengalah dan ingin menjadi Raja Tembusai. Untuk mencari penyelesaian masalah ini, maka Abang Sulung  menawarkan sebuah tantangan yang tidak masuk akal antara dia dengan Adik Bungsunya, Bujang Kelana. Tantangannya adalah, Bujang Kelana di suruh mengambil seulas durian yang akan dibuat menjadi lempuk, dicincang lumat dan ditanam. Kalau biji durian itu tumbuh, maka Bujang Kelana berhak menjadi Raja Tembusai. Dan untuk abang sulungnya juga akan mengambil seulas durian dalam wadah yang sedang mendidih panas untuk dibuat lempuk dan menanamnya pula. Apabila biji durian itu yang tumbuh, maka Abang Sulung pula lah yang berhak menjadi Raja Tembusai. Bujang Kelana menolak tawaran ini lalu pergi merantau (Berkelana). Bujang Kelana dengan perasaan marah, nekad dan tertantang lalu mengambil sebuah perahu dan berkata kepada Kedua saudaranya san rakyat Tembusai "Mulai saat ini nama hamba ialah 'BUJANG'. Aku merentas Selat Melaka yang luas ini ke Tanah Melayu. Aku pasrah kepada Illahi. Dimana sahaja aku terdampar kelak di situlah aku mengabdikan diri dan sujud kepada Illahi. Namun balik ke Tembusai tidak sekali. Selamat tinggal kekandaku berdua dan selamat tinggal tanah tumpah darahku Tambusai sekalian"

    Maka merantau dan berlayar lah Bujang Kelana yang akhirnya sampai ke Kelang (Selangor, Malaysia). Sebelum beliau naik ke daratan beliau menendang perahunya  dan berkata “Hanyutlah kamu kemana sahaja di bawa arus lautan luas ini dan aku akan ber ’Kelana’ di daratan tanpa ku ketahui kemana arahnya. Aku pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa di mana sahaja rezekiku ditentukan oleh Illahi di situlah aku akan sujud dan mengabdikan diri di bumi bertuah itu nanti"


Bujang Kelana di Tanah Semenanjung Melayu

    Sekitar tahun 1863/1870 (Ada 2 sumber literasi), perjalanan Bujang Kelana akhirnya sampai di daratan Semenanjung Melayu (Malaysia Barat) tepatnya d sebuah kampung yang bernama Lubuk Salak, Selangor. Bujang Kelana adalah seorang yang tampan, rajin, baik budi bahasanya, pandai ilmu agama dan pandai ilmu persilatan. Sifat-sifat terpuji dari Bujang Kelana ini lah yang membuat Beliau mendapatkan perhatian khusus dari Tok Menteri Husain, Orang Besar Daerah Hulu Selangor. Tok Menteri Husain lalu menjodohkan Bujang Kelana  dengan anaknya yang bernama Cik Andak Jiwa.

    Dengan kegigihan Bujang Kelana, beliau akhirnya diberi kepercayaan menjadi kontraktor pembangunan rel keretapi dari Tg Malim ke Sungkai dan kontraktor membuka Ladang terbaik. Untuk memudahkan pekerjaan beliau, Bujang Kelana lalu berpindah ke Kg Bantang pada tahun 1876 dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.


Literasi situs Geni

        Dalam literasi lain (Geni) dikatakan bahwa Bujang Kelana lahir tahun 1926 (Menurut salah satu akun bloger bernama "Cucu Tok Adams", Sebetulnya Bujang Kelana lahir 1826, dan wafat 1904) di Langkat Sumatra Utara dan wafat tahun 1904 di Slim River, Perak, Malaysia.Bujang Kelana adalah Seorang Menteri di Kerajaan Tambusai, Beliau meninggalkan Negeri Tambusai, karena adanya masalah dalam keluarga dan Penjajahan Belanda pada saat itu.

    Bujang Kelana Menerima tantangan yang diberikan untuk mengambil seulas durian sebelum Bujang Kelana meninggalkan Negeri Tambusai, Beliau sempat menanam beberapa biji durian yang sudah dibuat lempok, dan kalau biji durian yang beliau tanam itu tumbuh, Beliau akan pulang kembali ke Tembosai. Diceritakan Bujang Kelana memiliki 2 (Dua) Saudara yang semuanya adalah Lelaki, dimana salahsatunya pergi ke Langkawi dan salahsatunya lagi pergi ke Jambi.


Anak Bujang Kelana

        Dari pernikahan Bujang Kelana dengan Cik Andak Jiwa, mereka  dikurniai 4 (Empat) orang anak Yaitu:


•Ibrahim Bin Bujang Kelana
•Alang Bin Bujang Kelana
•Bedah Binti Bujang Kelana
•Othman Bin Bujang Kelana

        Ibrahim Bin Bujang adalah anak sulung Bujang Kelana yang meneruskan usaha-usaha Ayahnya menjadi kontraktor membuka Ladang Cluny, Bedfort, Trolak, Sg Chinoh. Pada masa penjajahan Inggris, beliau dikenali sebagai Mohammad Ibrahim ESQ.


        Ibrahim Bin Bujang serta 32 orang lain telah membuka Kg Balun pada tahun 1920. Maka bermulalah era Kg. Balun yang diyakini banyak orang bahwa nama kampung Balun diambil dari nama Tetua Orang Asli didaerah itu, yaitu Tok Balun

 

Koleksi Foto-Foto

Gapura Kampung Balun Foto: FB Friends Of Perak
 
DT Mohammad Ibrahim Bin Bujang Kelana, Foto : Geni

Surau tiga tingkat, Madrasah Tinggi menjadi tempat ibadat dan penduduk melaksanakan aktiviti kemasyarakatan. Foto : bharian.com

Sekolah Melayu Kampung Balun dibina pada tahun 1931 oleh Tok Empat Mohd Ibrahim Bujang. Foto : bharian.com

Gapura keluar Kampung, Foto : bharian.com

Gapura Masuk Kampung, Foto : bharian.com

Mohon berikan masukkan untuk apabila ada kesalahan dalam penulisan artikel ini, karena hamba penulis memiliki penhgetahuan yang terbatas. Salam dari anak melayu Tambusai Riau.

Continue reading →
Rabu, 28 Oktober 2020

R.M. QOSUM (KH MUKMIN Bin H. Muhammad Nur) Menelusuri Keturunan Raden Di Sedinginan (Part I)

0 komentar

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

        Salam sejahtera untuk semua pembaca yang saya doakan selalu dalam keadaan bahgia. Setelah sekian lam tidak ada berita dan kabar dalam blog yang kita sayangi ini, akhirnya syukur الحمد لله sekarang admin sekaligus penulis kembali mendapatkan bahan tulisan untuk dibahas. Kali ini penulis akan membahas seorang tokoh yang juga seorang yang pejuang di masa penjajahan dulu.

Foto KH Mukmin Dirumah Mak Kiki Bin H Nain Mukmin Di Rimbamelintang
Foto KH Mukmin Dirumah Mak Hakikurahman Bin H Nain Mukmin 
 yang tinggal di Rimbamelintang

            Adalah R.M. Qosum atau yang lebih dikenal dengan nama KH Mukmin oleh masyarakat Sedinginan, lahir di Desa Sukabumi, Kec. Cepogo, Kabupaten Boyolali - Jawa Tengah. Sebenarnya perjalanan hidup dan asal usul beliau sedikit sekali yang saya ketahui, Beberapa cerita tentang beliau pernah saya dapatkan dari Nenek, Atuk, Mamak, Acit dan Ibu saya. 

                Raden, Keraton, Chines, Surakarta, solo, Kebumen dan Yogyakarta adalah kata yang selalu saya dengar dalam cerita perjalanan hidup beliau. Menurut Syamsir Boy Bin H. Hamzah Mukmin, R.M. Qosum mempunyai darah keturunan suku Chines, hal ini pun juga saya yakini karena melihat anak sulung R.M. Qosum, yaitu H.Hamzah Mukmin juga beberapa anak dan cucu R.M. Qosum lainya kebanyakan mempunyai face yang oriental sekali, bahkan H. Hamzah Mukmin sering disangka dari kalangan suku chines saat berada di Bagansiapiapi. Pernah ketika H Hamzah Mukmin sedang dalam urusan bisnis di Bagansiapi-api, saat itu sedang terjadi kerusuhan dengan suku Tionghoa di Bagansiapiapi, H. Hamzah Mukmin harus lari dan sembunyi didalam bak rumah warga karena dikejar massa yang mengira beliau adalah orang tionghoa.


                 H. Hamzah Mukmin Muda            Foto H. Hamzah Mukmin diantara Anaknya
                                                                   Hj. Masneneng  (Kiri Jilbab Hitam)  dan Cucunya   
                                                                        M Rasuma Febri/Abi ( Kanan Baju Putih)     
        
                 Saya ingat pada suatu ketika ,H. Yusuf Mukmin berkata sambil bercanda kepada salah satu Cicit H. Hamzah Mukmin bernama Aya yang kebetulan merupakan keturunan Boyolali, "Kulo tiang Jawi, kalau kato uyut miko potang" (Kulo tiang Jawi, Kalau kata Mbah Uyut kalian dulu). Kulo tiang jawi artinya adalah "Saya Orang Jawa" Merupakan tutur bahasa Jawa Halus. 

                    Menurut catatan yang pernah ditulis H. Hamzah Mukmin di selembar kertas dan juga mendengar cerita dari anggota keluarga lainya, Nama Ayah dari R.M. Qosum adalah H. Muhammad Nur.  Syamsir Boy Bin H. Hamzah Mukmin mengatakan bahwa keluarga R.M. Qosum di Jawa merupakan orang kaya pemilik pabrik dan berpengaruh. Pernah pada saat masa kejayaan toko SAHA ANA milik H. Hamzah Mukmin, H. Hamzah Mukmin saat itu secara keuangan sangat mampu untuk membiayai prjalanan, ingin sekali mengajak Ayahnya R.M. Qosum (KH Mukmin) untuk bersilaturahmi dan berkenalan ke  keluarga Ayahnya yang ada di Jawa, namun keinginan H. Hamzah Bin Mukmin ditolak oleh R.M. Qosum dan mengatakan beliau tidak bisa kembali ke Jawa, kalaupun H. Hamzah Mukmin membawanya kembali kejawa, kemungkinan besar R.M. Qosum tidak akan bisa pulang ke Riau kembali. Dan untuk alasan kenapa beliau tidak bisa pulang ke Riau tidak dijelaskan.

                  Dalam kehidupanya menurut cerita dari Hj. Hesti H Binti H. Hamzah Mukmin, R.M. Qosum adalah orang yang sangat dihormati oleh orang-orang Jawa yang ada di Sedinginan pada saat itu. Beliau adalah orang yang mempunyai badan tegap dan tinggi, kuat dan gigih dalam bekerja. Beliau mempunyai adik yang mirip dengan beliau, dan sering beliau dan adiknya bertukar peran untuk mengelabui tentara jepang yang saat itu menjajah NKRI.




..........Bersambung ke Part II ya. Harap sabar menunggu update-anya :)
Continue reading →
Sabtu, 06 Mei 2017

JADUAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1438H (2017)

0 komentar
Assalamualaikum wr.wb

Lama sudah admin tidak menjenguk blog tercinta ini, hingga tak sadar waktupun begitu cepat berlalu, bulan puasa tinggal menghitung minggu dalam hari. Teringat bulan puasa, teringat pula belimau, sahur, buka puasa, mercon, tarawih, kembang api.... banyak sekali kalau admin tuliskan ya... heheh

Mengingat sahur dan buka, terpikir ide untuk mencari jadual imsakiyah yang selama ini kita ikuti sesuai jadual imsakiyah Pekanbaru atau Bagansiapi-api yang walaupun letaknya cukup jauh dari kampong hingga harus menyesuaikan perbedaan menit untuk kota sedinginan.

Setelah browsing kehilir-mudik, akhirnya menimbang hasil referensi admin mengambil sumber dari al-habib.info untuk menjadi panutan jadual imsakiyah. Admin al-habib sendiri menyatakan mungkin ada perbedaan antara 1-2 menit untuk penjaduallannya (perbedaan yang wajar jika di dilihat dari sumber lainya), untuk itu  sebelumnya disini admin blog meminta maaf apabila ada yang kurang berkenan dengan jadual yang admin bagikan.

Berikut adalah hasil dari pencarian jadual imsakiyah yang (insyaAllah) sesuai dengan jadual di kota Kemenangan.


DOWNLOAD


Demikian lah yang dapat admin informasikan kepada pembaca, ssilahkan di download dan semoga bisa dimanfaatkan. Lebih dan kurangnya admin meminta maaf sebesar-besarnya
wassalamualaikum warrahmatullah.....

SUMBER: http://www.al-habib.info/jadwal-shalat/imsakiyah-ramadhan.htm
Continue reading →
Kamis, 30 Maret 2017

Penelusuran Keturunan Uwak Kadih Hitam (Mentaolelo)

0 komentar
Berawal dari rasa penasaran dan keingintahuan penulis tentang asal-usul dan sejarah keluarga, akhirnya muncul pula inisiatif untuk mencari silsilah keluarga dari pihak sebelah omak (sesuai suku), 
Dari hasil cerita orang-orang terdekat ditambah hasil wawancara dengan Atuk KH.Suhaimi Tambusai (yang sekarang tinggal di desa Teluk Pulau), maka kemaren lusa sore (Rabu, 29/03/2017) jadilah sebuah pohon keluarga yang walaupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan mungkin ada kesalahan, karena memang ini lah realisasi pertama dari hasil wawancara dengan orangtua-orangtua yang sudah lama saya lakukan.

Terkenang di hati untuk melanjutkan wawancara dengan keluarga yang lain, namun sayangnya terkendala masalah waktu yang sempit dikarenakan kesibukkan dan  jarak yang tak terlalu jauh. Maka disini penulis mencoba membagikan apa yang sudah di capai dengan harapan ada masukan, tambahan dan koreksi dari berbagai pihak yang mengenal dan mengetahui, utamanya yang ada di kampong, kelurahan sedinginan kota kemenangan.

Adapun hasil yang sudah penulis peroleh bisa dilihat pada gambar dibawah ini:

Garis Keturunan Uwak Kadih Hitam

Apabila ada perbaikan, kritik dan saran yang bersifat membangun, silahkan tulis dikolom komentar atau melalui komen di link blog ini tang penulis bagikan di FB,
Continue reading →
Jumat, 27 September 2013

Kota Kemenangan, Jangan Pernah Tenggelam. (++PICT)

3 komentar


SEDINGINAN, Kota Kemenangan. Ungkapan ini tentunya meerupakan kata-kata yang tak asing ditelinga kita masyarakat Kecamatan tanah Putih dan sekitarnya. Sedinginan dahulunya adalah salah satu daerah administratif yang berkembang pada penjajahan Belanda. Sedinginan sempat mengalami masa kejayaanya sekitar tahun 1950-an, sempat menjadi pusat perdagangan dijalur sungai rokan dan bahkan beberapa suku tionghoa sempat tinggal disini dan hijrah kebagansiapi-api setelah kebakaran besar terjadi dikota sedinginan. Dahulu Sedinginan adalah kota yang cukup maju pada jamannya, Sekolah-sekolah, gedung hiburan (semacam gedung bioskop yang saya lupa istilahnya, bisa ditanyakan pada tetua desedinginan-red.), pelabuhan, dan toko-toko besar banyak terdapat di Sedinginan pada jaman itu, yang salah satunya adala toko SAHA-ANA milik H. Hamzah Bin KH Mukmin.

Namun kini kejayaanitu tinggal sejarah, bahkan sejarahnya pun hampir tenggelam, Harusnya kita sebagai generasi penerus bisa mengabadikan  sejarah dan mengambil semangat dari kejayaan masa lalu untuk mengembangkan kembali tempat tumpah darah kita.

Setelah hampir setahun tidak menginjak kampung halaman, beberapa waktu lalu saya sempat pulang kekampung halaman dan memotret beberapa sudut dikota Sedinginan. Banyak beberapa tempat yang sudah kehilangan kemegahanya, namun disisi lain tempat-tempat ini menjadi hal indah untuk diabadikan.
 Berikut ini adalah hasil jepret sana sini disudut-sudut kota sedinginan. (Klik Gambar Untuk Memperbesar).

Mushola/Surau Taufiq

Pasar Ikan yang Hampir Roboh Tak Terurus

Seberang Sungai, Peternakan Kerbau H. Yusuf

Salah Satu Rumah Tua dipinggir Sungai Rokan

Sungai Rokan Yang Kaya Dengan Ikan


Boad, Jarang Sekali saya ketemu dengan benda ini.

Jajaran Ruma Tua.
Pasar, Tak Seramai Dahulu.


Masjid omeh
Madrasah Suluk Naqsabandiyah
Salah Seorang Nelayan Membentang Jaring Didalam Sungai Rokan

Suasana Dalam Pasar.

*)Sebenarnya masih banyak kisah Kejayaan Sedinginan yang diceritakan Atuk saya ketika saya pulang kampung kemaren, hanya saja karena terlalu banyak saya jadi lupa :P
Continue reading →
Minggu, 25 Agustus 2013

MELIHAT SEDINGINAN DARI ANGKASA

0 komentar
PENYEBRANGAN SINTONG-PAGAR

KAMPUNG PELITA

MTS SEDINGINAN

SIMPANG UJUNG TANJUNG

PASAR SEDINGINAN

PKS TELUK MEGA

PUSKESMAS RAWAT INAP

SIMPANG KUDOW BANJAR XII

SMA N 1 TANAH PUTIH

SMK N 1 TANAH PUTIH

SMP N 1 TANAH PUTIH

SIMPANG SOLAH

SPBU DAN MASJID AN-NUR UJUNG TANJUNG

SINTONG TANK

Continue reading →

Label